Setelah Bercerai, Dia Menjadi Kecantikan Mutlak

Bab 106: Ibu Tiri Saya Memberikan Ini Kepada Anda Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Nada tenangnya seolah-olah mereka baru saja bertemu secara kebetulan. Dia tidak mengangkat jari untuk membantu. Kaki Du Jiuyuan masih sakit karena diinjak, jadi dia berdiri di samping mobil dengan enggan. “Itu tidak perlu.” Begitu dia mengatakan itu, He Lili dan Ye Mubai berjalan mendekat.Ji Jingchen berbalik dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun ketika dia melihat mereka berdua berjalan mendekat. He Lili bertanya, “Siapa pria itu? Apakah itu Ji Jingchen? ” Du Jiuyuan tidak menjawab tetapi hanya berkata, “Ayo kembali. Saya lelah.” Mobil berhenti di gedung apartemen. Ye Mubai membantu Du Jiuyuan menaiki tangga dan duduk di samping sofa sementara He Lili menuangkan secangkir air panas untuknya.Dukung docNovel(com) kami “Terima kasih. Kalian harus kembali lebih awal. Saya akan baik-baik saja. Jangan khawatir,” kata Du Jiuyuan. “Beristirahatlah dengan baik kalau begitu. Kami berdua akan pergi duluan. Selamat malam.” Setelah mengatakan itu, mereka berdua pergi. Dia tidak tahu apakah itu karena rasa sakit di kakinya, tetapi dia tidak bisa tidur nyenyak. Dia selalu setengah terjaga dan memiliki perasaan samar bahwa seseorang sedang memijat pergelangan kakinya. Namun, karena dia terlalu mengantuk dan tidak bisa membuka matanya, dia tertidur tanpa sadar. Keesokan harinya, Du Jiuyuan bangun dan menyadari tidak ada yang aneh. Dia pikir ilusinya tadi malam adalah mimpi dan merasa kakinya jauh lebih baik. Tanpa berpikir panjang, dia bangun dan mandi. Setelah membuat sarapan sederhana, dia naik taksi ke kantor. Ye Mubai melihatnya dan mendukungnya secara alami ketika dia memasuki kantor. “Bukankah aku menyuruhmu untuk beristirahat?” “Itu tidak terlalu menyakitkan lagi. Saya bebas di rumah, jadi sebaiknya saya datang dan melakukan sesuatu.” Ye Mubai hanya bisa tanpa daya membantunya ke kantor. Kakinya tidak nyaman, jadi Susu mengemasi makan siangnya dan membawa tas dari apotek.Du Jiuyuan bertanya, “Susu, apakah kamu merasa tidak enak badan?” “Itu karena Tuan Ye belum tidur nyenyak baru-baru ini. Saya membeli obat untuk membuat bantal obat untuk membantunya tidur.”Du Jiuyuan bertanya, “Apakah itu berguna?” “Metode ini sangat bermanfaat. Sister Jiuyuan, apakah Anda juga kesulitan tidur? Apakah Anda ingin saya membuatkannya untuk Anda?” Du Jiuyuan memikirkan Ji Jingchen. “Kalau begitu aku harus merepotkanmu.” “Ini tidak masalah. Ini akan siap dalam dua atau tiga hari.”… Tiga hari kemudian, Su Su membawa dua bantal. Dia memberikan satu untuk Ye Mubai, dan yang lainnya untuk Du Jiuyuan. Du Jiuyuan mencobanya dan merasa sangat nyaman untuk digunakan, tetapi dia tidak tahu bagaimana memberikannya kepada pria sombong itu. Setelah berpikir sejenak, dia memanggil Lu Ziang. Salju turun dengan lebat di Kota Hong Kong untuk pertama kalinya. Kaki Du Jiuyuan hampir pulih. Dia pergi ke Lu Ziang dan memintanya untuk mengirim bantal.“Kenapa kamu tidak mengantarkannya sendiri?”“Aku tidak ingin dia berpikir bahwa aku masih memiliki perasaan padanya.” Lu Ziang meliriknya dari sudut matanya. “Jika kamu tidak memiliki perasaan padanya, lalu apa yang kamu lakukan sekarang?” Du Jiuyuan memiringkan kepalanya. “Saya hanya sedikit khawatir tentang mantan suami saya. Jangan terlalu memikirkannya. Cari saja alasan untuk mengatakan bahwa ibumu yang membuatnya untuknya.” Wajah Lu Ziang mati rasa. “Ibuku telah meninggal selama bertahun-tahun. Ayah saya sudah menikah dengan empat istri.” Du Jiuyuan terdiam sejenak. “Kalau begitu katakan padanya bahwa itu adalah hadiah dari ibu tirimu.” “Ibu tiriku memberikan bantal kepada temanku? Apakah kamu yakin itu tidak akan menyebabkan pertumpahan darah jika sampai ke telinga ayahku?”“…” Bukankah itu hanya sebuah bantal untuk berterima kasih padanya atas bantuannya malam itu? Mengapa tiba-tiba menjadi begitu rumit? Ekspresi Du Jiuyuan berangsur-angsur menunjukkan ketidaksabaran, dan cara dia memandang Lu Ziang menjadi lebih jelas. Lu Ziang sepertinya menyadari sesuatu. “Lupakan. Saya akan lihat apa yang dapat saya lakukan.” Ekspresi Du Jiuyuan akhirnya berubah lebih baik. Id*ot ini hanya meminta pemukulan!… Lu Ziang pergi mencari Ji Jingchen. “Ini, ini untukmu…” Ji Jingchen mengambilnya dan menundukkan kepalanya untuk melihatnya. Alisnya terkatup rapat. “Bantal obat itu bagus untuk tidurmu. Saya tidak membuatnya sendiri. Hanya saja…” Setelah berpikir lama, dia tidak bisa memikirkan alasan yang lebih baik. “Ibu tiriku memberikannya padamu.”Setelah mengatakan itu, dia takut tidak percaya, jadi dia mengulangi dengan nada yang lebih serius, “Ya, itu hadiah dari ibu tiriku.”Ji Jingchen berkata, “Bantal itu diberikan kepadamu oleh Du Jiuyuan?” Lu Ziang merasa penglihatannya menjadi hitam. Seolah-olah dia melihat neraka melambai padanya. Dia berbalik dan lari. Lu Ziang mengira dia ceroboh dalam berteman! Dia tidak akan membantu Du Jiuyuan lagi di masa depan, dan dia harus berdoa untuk keselamatannya.… Setelah Du Jiuyuan mengirim bantal kembali ke studio, dia memulai lagi kesibukannya. Dia masih harus mempersiapkan pertemuan tahunan perusahaan. Meskipun Yuan Hua Studio tidak dapat dibandingkan dengan perusahaan besar di luar, Du Jiuyuan masih membuat Susu memesan kamar pribadi di hotel bintang lima dan membagikan paket merah tebal kepada semua orang. Sebagai bos perusahaan, Du Jiuyuan tidak bisa menahan diri untuk tidak bersulang. Du Jiuyuan minum sampai wajahnya memerah. Awalnya, Susu merawat Du Jiuyuan, tetapi dia diseret keluar dari kamar pribadi oleh seseorang dari perusahaan. Dia tidak menyadari bahwa Du Jiuyuan telah keluar dari kamar pribadi. Du Jiuyuan seharusnya pergi ke kamar kecil, tetapi dia bersandar ke dinding dan hanya mengambil beberapa langkah ketika dia mendengar suara tangisan. Rasa ingin tahunya mendorongnya untuk melihat ke atas. Di bawah cahaya, seorang gadis berbaju ungu menarik sudut kemeja Ji Jingchen dan berkata dengan ekspresi menangis, “Aku tahu bahwa aku tidak cukup baik untukmu, dan aku tahu bahwa kamu tidak menyukaiku, tapi aku tidak menyukainya. ‘tidak punya niat lain. Mau tak mau aku ingin memberitahumu bahwa aku menyukaimu..”